Etika Berkendara Motor Saat di Parkiran, Jangan Sampai Begini !!!
Satupiston.com – Assalamu’alaikum. Nasib kurang mengenakan menimpa kami
ketika tengah memarkirkan motor di mini market. Motor kami “diseruduk”
pengendara lain yang tidak bertanggung jawab. Ironisnya, meski kami yang
dirugikan, namun oknum pengendara tersebut seolah bodo amat. Well, setidaknya
mari kita bahas kembali mengenai etika berkendara motor saat tengah di
parkiran.
Kemarin kami mengunjungi salah satu mini market untuk
melakukan top up dan pembayaran. Kami memilih jam-jam senggang yakni sekitar
pukul 2 siang.
Karena tengah PPKM dan mengambil waktu yang sepi, tentu
menuju mini market pun jadi lebih menyenangkan karena parkiran cenderung kosong
dan antrian di dalam pun sangat sedikit.
Tiba lah kami saat memasuki mini market, dimana di dalam mini
market hanya ada satu pelanggan lain yakni ibu muda yang nantinya akan jadi
mimpi buruk kami di hari itu.
Setelah si ibu selesai bertransaksi, kami pun segera ke kasir
untuk memberikan beberapa tagihan dan invoice untuk segera dibayarkan.
Namun ketika baru saja proses penyerahan uang ke kasir mau
berlangsung, tiba-tiba kami menoleh parkiran yang ada di luar.
Terlihat jelas bahwa motor yang kami parkirkan “diseruduk”
menggunakan motor metik yang dikendarai oleh si ibu tadi.
Kami sempat keluar dan bertanya pada si ibu tersebut, “Bu
tiasa parkirna?” atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah “Bu, bisa
parkirnya?’.
Si ibu nampak tak bergeming meski kami bertanya dengan
setenang mungkin (jika kami tengah kesal mungkin lain cerita, sebab tak ada
angin dan tak ada hujan tiba-tiba motor kami diseruduk).
Yang kami ingat, si ibu bukannya meminta maaf atau setidaknya
turun untuk mengecek kondisi bodi motor kami yang baret-baret.
Si ibu nampak lebih memperdulikan spakbor dan plat nomor
motor metiknya yang jika kami kalkulasikan, tentu lebih mahal harga fairing
(meski merupakan fairing fiberglass).
Si ibu tak bergeming dan telihat ngedumel, kami pun masuk
kembali ke mini market karena tidak ada itikad baik dari si ibu (kami
dicuekin).
Saat masuk ke mini market, terlihat si ibu berhentikan motor
dan kembali mengecek plat nomor serta spakbornya.
Hmm, sekedar informasi, jarak motor kami dan motor si ibu
tersebut kurang lebih 3 hingga 4 meter atau bahkan lebih (karena parkiran
tengah kosong).
Posisi motor pun sejajar, artinya motor kami tidak ada di
belakang atau pun ada di depan motor si ibu tersebut.
Yang jelas entah belajar parkir dari mana, tiba-tiba si ibu memundurkan
motornya (entah dengan teknik bagaimana) dan seketika “boom”, motornya pun
menabrak bagian bodi fairing motor kami.
Memang tidak keras dan beruntungnya tidak menghantam dari
arah kiri (jika dari kiri kemungkinan motor akan terjatuh). Namun meski pelan,
pelat nomor dan spakbor motor metik dari si ibu tersebut sudah cukup untuk
membuat banyak goresan di bodi motor kami.
Satu hal yang disayangkan dari cerita kami di atas adalah
reaksi si ibu yang nampak masa bodo, padahal di sini kami dirugikan. Terlebih,
kami berusaha bertanya dengan baik-baik dan tidak berusaha mengajak ribut.
Well, kita sudah cukup panjang bercerita. Mari bahas beberapa
etika berkendara motor saat di parkiran:
1. Matikan Mesin Motor Saat Tidak Diperlukan
Beberapa lahan parkir sangat dekat dengan kantor dan bangunan
lain. Jadi jika kita hendak parkir dan terlebih menggunakan knalpot racing,
sebaiknya matikan mesin jika tidak diperlukan.
2. Parkirkan Motor Serapih Mungkin
Selanjutnya adalah memarkirkan motor dengan serapih mungkin. Pasalnya
parkir yang tidak rapih berpotensi membuat pemborosan tempat. Misalnya saja, lahan
untuk 2 motor malah dipakai untuk satu motor.
3. Isi Yang Depan Dulu
Banyak kejadian dimana yang parkir enggan memasuki area
depan. Hal tersebut karena banyak yang berfikir bahwa bagian depan berpotensi
susah untuk keluar.
Namun di beberapa kesempatan, kami bahkan menemui bagian
depan yang teramat kosong dan bagian belakang malah penuh dengan motor yang
terparkir bahkan hingga meluber ke jalan.
Tentu, kualitas parkir mu kadang mencerminkan kualitas
berkendara mu.
4. Jangan Mengunci Stang Jika Tidak Diperlukan
Sebenarnya mengunci stang dan memberi kunci ganda tambahan
itu sangat penting. Namun beda kasus jika kita memarkirkan motor di wilayah
tertutup misal garasi dan motor kita ada di barisan kedua atau terakhir.
Mengunci stang sendiri dapat menyebabkan motor yang di depan
sulit untuk keluar. Pasalnya motor yang dikunci stang cenderung lebih susah
untuk dipindahkan.
5. Berkata “Maaf” dan “Terima Kasih”
Pada beberapa kondisi, kita harus mau berkata maaf dan terima
kasih. Misalnya saja jika kita hendak minta dibukakan ruang, maka kita dapat
berkata “maaf, bisa geser sedikit?” atau ketika ada yang membuka ruang, kita
juga dapat berkata “terima kasih”.
Wassalamu’alaikum.